Teknologi
Untuk Kemakmuran Rakyat
Pada tingkat yang lebih teknis (mikro), kita
membutuhkan strategi pengembangan industri yang kokoh dan terintegrasi untuk
menghadapi persaingan global. Dewasa ini, industri kita masih didominasi
industri ringan dilihat dari sisi kesempatan kerja maupun sumbangan outputnya.
Dalam jangka pendek, perkembangan industri ringan (seperti tekstil, garmen,
alas kaki, dan kayu lapis) dapat menjadi andalan penerima devisa. Namun,
industri ii bersifat footloose (mudah berpindah menurut tingkat upah
buruh terendah). Selain itu, pekerja di industri ini biasanya berupah rendah dan
tidak mengalami peningkatan keterampilan berarti karena jenis pekerjaanya
terlalu sederhana. Merekapun cenderung lebih radikal karena upah yang rendah
dibandingkan dengan pendapatan industri itu.
Tampaknya, semua sepakat bahwa untuk
mengembangkan industri nasional yang tangguh, kita sangat bergantung pada
pengembangan sumber daya manusia (SDM), penguasaan teknologi, dan partisipasi
masyarakat luas. Di mana pun pengembangan SDM dalam berbagai tingkat
keterampilan, terutama dalam bidang teknologi, merupakan salah satu kunci bagi
keberhasilan industrialisasi.
Dewasa ini, sebagian besar pelajar dan mahasiswa
kita berkonsentrasi pada bidang ilmu-ilmu sosial. Pendidikan teknik menengah
atau STM kurang mendapat perhatian yang mencukupi. Apalagi, industrialisasi
sangat membutuhkan keterampilan tingkat menengah ini. Pendididkan menengah
masih sangat umum dan pelajar sekolah menengah pun masih lemah dalam penguasaan
matematika dan ilmu pengetahuan alam. Padahal, kemampuan siswa sekolah menengah
dalam bidang ini sangat menentukan kesiapan tenaga terdidik untuk menunjang
industrialisasi. Program latihan di dalam perusahaan maupun melalui lembaga
latihan masih sangat lemah, miskin fasilitas, dan tidak terorganisasikan secara
baik. Permasalahan ini harus secepatnya kita pecahkan.
Oleh karena itu, kita harus segera mengubah
orientasi pendidikan ke arah penekanan orientasi keterampilan teknik tanpa
harus mengorbankan kualitas pendidikan bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Pendidikan teknik menengah dan tinggi harus diperluas dan ditingkatkan mutunya
secara proporsional. Hanya dengan cara ini, sumberdaya manusia (SDM) kita siap
untuk mentransformasikan perekonomian nasional menjadi perekonomian industri.
Strategi industrialisasi ini jelas dimaksudkan
agar industri nasional kita tidak terus-menerus memakai teknologi impor tanpa
usaha sendiri untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, kemampuan kita dalam
inovasi teknologi akan sangat menentukan kemampuan industri nasional dalam
menghasilkan produk-produk yang unggul. Inovasi ini tidak hanya inovasi dalam
membuat produk baru, tetapi berupa inovasi proses yang memperbaiki juga
produk-produk yang telah ada sehingga lebih baik kualitasnya dan lebih murah
harganya.
Kemampuan nasional dalam penguasaan teknologi
tinggi telah terbukti meningkat pesat seperti ditunjukkan keberhasilan
putera-puteri Indonesia yang dalam memproduksi pesawat terbang dan menghasilkan
teknologi tinggi lainnya. Kita dapat membayangkan betapa sulitnya proses
perwujudan cita-cita bangsa ini dengan dana yang terbatas dan keraguan
pihak-pihak tertentu terhadap kemampuan bangsanya sendiri. Persoalannya adalah
cara memilih prioritas yang tepat agar alokasi dana yang terbatas itu berujung
pada kemakmuran rakyat banyak, dalam arti, perkembangan ekonomi rakyat jangan
sampai diabaikan.
Berbagai bukti keberhasilan itu menunjukkan bahwa
setiap usaha yang sistematis dan didukung tersedianya SDM yang memadai dalam jumlah
dan kualitas, memungkinkan bangsa kita untuk menguasai dan mengembangkan
teknologi yang tergolong canggih sekalipun, seperti teknologi rekayasa genetika
(bioteknologi). Adapun pengembangan teknologi itu menuntut kerjasama yang erat
antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi.
Oleh karena itu anggaran pembelanjaan yang
dialokasikan untuk pengasaan iptek harus ditingkatkan di dalam anggaran PDB
kita. Pengembangan teknologi ini pun tidak berarti hanya teknologi canggih,
tetapi teknologi menengah dan teknologi tepat guna bagi pedesaan. Keberadaan
teknologi tepat guna ini sangat penting dikembangkan di pedesaan, terutama
sebagai upaya untuk mengentaskan mastarakat dari kemiskinan. Sekali lagi, dalam mengembangkan industri
nasional yang tangguh itu, perlu usaha selektif dalam mengembangkan
industri-industri tertentu yang bersifat strategis. Sampai saat ini, industri
strategis di bawah pengelolaan BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) –yaitu
IPTN, PAL, Dahana, Boma Bisma Indra, Inka, Krakatau Steel, Pindad, LEN dan
Inti– memang berperan penting dalam pengalihan dan penguasaan teknologi. Meski
demikian, berbagai masukan dari para pengkritiknya yang menilai bahwa industri
strategis ini tidak mendatangkan keuntungan yang besar bagi perekonomian perlu
dicermati dengan serius.
Untuk menjawab kritikan itu, kita harus lapang
dada dan tidak a priori karena memnag tidak mudah mengembangkan industri
nasional yang tangguh secara bisnis dan teknis. Biar bagaimanapun, berbagai
bentuk penahapan merupakan pilihan sulit yang harus dilakukan. Misalnya, apakah
tahap pertama harus dimulai dengan penguasaan teknis terlebih dulu, lalu
dilanjutkan dengan keunggulan bisnis atau sebaliknya? Oleh karena itu,
penilaian yang semata-mata melihat dari aspek bisnis jelas akan mengaburkan
sasaran jangka panjang bagi perkembangan industri nasional.
Jelasnya, dalam meghadapi era globalisasi ini,
kita membutuhkan prioritas pengembangan industri-industri yang mampu bersaing
secara internasional dalam kerangka keunggulan kompetitif. Jika tidak, kita
hanya akan menjadi penyedia tenaga murah, bahan mentah, dan pedagang
produk-produk negara lain. Kemampuan kita dalam industri berteknologi canggih
harus terus dipacu segingga memungkinkan kita berbagi pasar dengan
negara-negara maju pada saat memasuki perdagangan bebas nantinya. Kemampuan
kita dalam memacu perkembangan industri-industri andalan ini akan sangat
menentukan posisi kita di era globalisasi.
Judul : Transformasi Ekonomi Rakyat
Pengarang : Julius Bobo, SE, MM
Penerbit : Cidesindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar