Minggu, 02 November 2014

Teknologi Untuk Kemakmuran Rakyat

Teknologi Untuk Kemakmuran Rakyat

Pada tingkat yang lebih teknis (mikro), kita membutuhkan strategi pengembangan industri yang kokoh dan terintegrasi untuk menghadapi persaingan global. Dewasa ini, industri kita masih didominasi industri ringan dilihat dari sisi kesempatan kerja maupun sumbangan outputnya. Dalam jangka pendek, perkembangan industri ringan (seperti tekstil, garmen, alas kaki, dan kayu lapis) dapat menjadi andalan penerima devisa. Namun, industri ii bersifat footloose (mudah berpindah menurut tingkat upah buruh terendah). Selain itu, pekerja di industri ini biasanya berupah rendah dan tidak mengalami peningkatan keterampilan berarti karena jenis pekerjaanya terlalu sederhana. Merekapun cenderung lebih radikal karena upah yang rendah dibandingkan dengan pendapatan industri itu.

Sementara itu, perkembangan industri menengah dan berat sekalipun telah menujukkan peningkatan output yang berarti dengan keterampilan serta pendapatan pekerja yang cukup tinggi. Namun secara internasioanl, mereka masih belum kompetitif. Pertanyaannnya, bagaimana mentransformasikan struktur industri dari industri ringan ke industri yang lebih canggih dan mempunyai kemampuan kompetitif. Transformasi ini tidak dapat berjalan sendiri menurut mekanisme pasar, melainkan membutuhkan kebijakan dari pemerintah untuk mengembangkan industri-indutri strategis yang didukung pula sektor swasta dan pelaku ekonomi rakyat sebagai basis pendukung pengembangannya.
Tampaknya, semua sepakat bahwa untuk mengembangkan industri nasional yang tangguh, kita sangat bergantung pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), penguasaan teknologi, dan partisipasi masyarakat luas. Di mana pun pengembangan SDM dalam berbagai tingkat keterampilan, terutama dalam bidang teknologi, merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan industrialisasi.

Dewasa ini, sebagian besar pelajar dan mahasiswa kita berkonsentrasi pada bidang ilmu-ilmu sosial. Pendidikan teknik menengah atau STM kurang mendapat perhatian yang mencukupi. Apalagi, industrialisasi sangat membutuhkan keterampilan tingkat menengah ini. Pendididkan menengah masih sangat umum dan pelajar sekolah menengah pun masih lemah dalam penguasaan matematika dan ilmu pengetahuan alam. Padahal, kemampuan siswa sekolah menengah dalam bidang ini sangat menentukan kesiapan tenaga terdidik untuk menunjang industrialisasi. Program latihan di dalam perusahaan maupun melalui lembaga latihan masih sangat lemah, miskin fasilitas, dan tidak terorganisasikan secara baik. Permasalahan ini harus secepatnya kita pecahkan.

Oleh karena itu, kita harus segera mengubah orientasi pendidikan ke arah penekanan orientasi keterampilan teknik tanpa harus mengorbankan kualitas pendidikan bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial. Pendidikan teknik menengah dan tinggi harus diperluas dan ditingkatkan mutunya secara proporsional. Hanya dengan cara ini, sumberdaya manusia (SDM) kita siap untuk mentransformasikan perekonomian nasional menjadi perekonomian industri.

Perlu diingat, pengembangan SDM tidak hanya mendukung perkembangan industri canggih, tetapi merupakan sarana juga bagi peningkatan partisipasi masyarakat luas, termasuk golongan miskin untuk dapat memasuki kesempatan kerja yang produktif melalui peningkatan keterampilan mereka. Peningkatan partisipasi masyarakat yang semakin luas merupakan salah satu poin maju bagi perkembangan demokrasi.
Strategi industrialisasi ini jelas dimaksudkan agar industri nasional kita tidak terus-menerus memakai teknologi impor tanpa usaha sendiri untuk mengembangkannya. Oleh karena itu, kemampuan kita dalam inovasi teknologi akan sangat menentukan kemampuan industri nasional dalam menghasilkan produk-produk yang unggul. Inovasi ini tidak hanya inovasi dalam membuat produk baru, tetapi berupa inovasi proses yang memperbaiki juga produk-produk yang telah ada sehingga lebih baik kualitasnya dan lebih murah harganya.

Kemampuan nasional dalam penguasaan teknologi tinggi telah terbukti meningkat pesat seperti ditunjukkan keberhasilan putera-puteri Indonesia yang dalam memproduksi pesawat terbang dan menghasilkan teknologi tinggi lainnya. Kita dapat membayangkan betapa sulitnya proses perwujudan cita-cita bangsa ini dengan dana yang terbatas dan keraguan pihak-pihak tertentu terhadap kemampuan bangsanya sendiri. Persoalannya adalah cara memilih prioritas yang tepat agar alokasi dana yang terbatas itu berujung pada kemakmuran rakyat banyak, dalam arti, perkembangan ekonomi rakyat jangan sampai diabaikan.
Berbagai bukti keberhasilan itu menunjukkan bahwa setiap usaha yang sistematis dan didukung tersedianya SDM yang memadai dalam jumlah dan kualitas, memungkinkan bangsa kita untuk menguasai dan mengembangkan teknologi yang tergolong canggih sekalipun, seperti teknologi rekayasa genetika (bioteknologi). Adapun pengembangan teknologi itu menuntut kerjasama yang erat antara pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi.

Oleh karena itu anggaran pembelanjaan yang dialokasikan untuk pengasaan iptek harus ditingkatkan di dalam anggaran PDB kita. Pengembangan teknologi ini pun tidak berarti hanya teknologi canggih, tetapi teknologi menengah dan teknologi tepat guna bagi pedesaan. Keberadaan teknologi tepat guna ini sangat penting dikembangkan di pedesaan, terutama sebagai upaya untuk mengentaskan mastarakat dari kemiskinan. Sekali lagi, dalam mengembangkan industri nasional yang tangguh itu, perlu usaha selektif dalam mengembangkan industri-industri tertentu yang bersifat strategis. Sampai saat ini, industri strategis di bawah pengelolaan BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) –yaitu IPTN, PAL, Dahana, Boma Bisma Indra, Inka, Krakatau Steel, Pindad, LEN dan Inti– memang berperan penting dalam pengalihan dan penguasaan teknologi. Meski demikian, berbagai masukan dari para pengkritiknya yang menilai bahwa industri strategis ini tidak mendatangkan keuntungan yang besar bagi perekonomian perlu dicermati dengan serius.

Untuk menjawab kritikan itu, kita harus lapang dada dan tidak a priori karena memnag tidak mudah mengembangkan industri nasional yang tangguh secara bisnis dan teknis. Biar bagaimanapun, berbagai bentuk penahapan merupakan pilihan sulit yang harus dilakukan. Misalnya, apakah tahap pertama harus dimulai dengan penguasaan teknis terlebih dulu, lalu dilanjutkan dengan keunggulan bisnis atau sebaliknya? Oleh karena itu, penilaian yang semata-mata melihat dari aspek bisnis jelas akan mengaburkan sasaran jangka panjang bagi perkembangan industri nasional.

Jelasnya, dalam meghadapi era globalisasi ini, kita membutuhkan prioritas pengembangan industri-industri yang mampu bersaing secara internasional dalam kerangka keunggulan kompetitif. Jika tidak, kita hanya akan menjadi penyedia tenaga murah, bahan mentah, dan pedagang produk-produk negara lain. Kemampuan kita dalam industri berteknologi canggih harus terus dipacu segingga memungkinkan kita berbagi pasar dengan negara-negara maju pada saat memasuki perdagangan bebas nantinya. Kemampuan kita dalam memacu perkembangan industri-industri andalan ini akan sangat menentukan posisi kita di era globalisasi.



Ditulis dari buku
Judul          : Transformasi Ekonomi Rakyat
Pengarang  : Julius Bobo, SE, MM
Penerbit     : Cidesindo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar